Senam, Bermain Patekong, dan Menebar bibit kangkung. Sederhana, Tapi anak Kota gak bisa!


Pagi itu, Desa Sangiang menyambut hari akhir pekan dengan udara yang segar, sejuknya menyelusup lembut ke dalam paru-paru. Anak-anak bimbingan belajar berdatangan satu per satu ke posko, wajah mereka penuh semangat, meskipun kantuk masih tersisa di beberapa pasang mata kecil.

Di lapangan dekat posko, anggota KKN 01 IDAQU sudah menyiapkan segala hal untuk senam pagi. Pukul 7 lebih sedikit, senam dimulai. Tawa dan sorak anak-anak memenuhi udara ketika gerakan demi gerakan dilakukan. Ada senam pramuka yang penuh semangat, senam STMJ dengan gerakannya yang lucu, momere yang penuh irama ceria, dan tentu saja senam terkewer-kewer yang membuat semuanya tertawa terbahak-bahak. Anak-anak bergerak dengan antusias, bahkan jika gerakan mereka tak selalu benar, tak ada yang peduli – karena kebahagiaan mereka adalah tujuan utamanya.




Selesai senam, ajang permainan tradisional lempar sendal alias "Patekong" diselenggarakan. Permainan dimulai. Tim pertama menyusun sandal menjadi menara kecil di tengah lapangan, sementara tim lain bersiap melempar untuk menghancurkannya. Dengan teriakan penuh semangat, lemparan pertama dilepaskan – bruk! Menara sandal langsung ambruk. Kejar-kejaran pun dimulai.

“Cepat, susun lagi!” teriak salah satu anak yang berlari sambil menunduk, berusaha menghindari sandal yang melayang di udara. Sementara itu, anggota KKN yang ikut bermain berusaha menahan tawa ketika salah satu sandal yang dilempar justru mengenai pohon, jauh dari sasaran.



Teriakan, gelak tawa, dan hiruk-pikuk terus terdengar. Ada yang berlari menyelamatkan diri dari "serangan", ada yang nekat kembali untuk menyusun ulang tumpukan sandal meski terus diincar oleh lawan. Kesederhanaan permainan ini membawa kebahagiaan yang tak terukur, seolah-olah waktu berhenti dan semua yang ada hanyalah tawa dan kegembiraan.

Menjelang siang, para anggota KKN melanjutkan aktivitas di sawah. Sawah yang akan ditanami kangkung harus dibajak terlebih dahulu menggunakan traktor kecil.Setelah tanah siap, bibit kangkung mulai disebar. siap menumbuhkan kangkung yang akan dijual hingga keluar tangerang kelak. 



Hari itu, Desa Sangiang menjadi saksi petualangan kecil penuh makna dari anggota KKN 01 IDAQU. Dari senam pagi yang ceria, kehebohan patekong, hingga kerja keras di ladang, semuanya mengajarkan tentang kebersamaan, tawa, dan keindahan hidup sederhana. Di akhir hari, mereka menyadari, kebahagiaan yang mereka bawa dan rasakan tak ubahnya seperti bibit kangkung yang baru ditanam – tumbuh perlahan, bersemi di hati setiap orang yang terlibat. 



Komentar