Serunya Kunjungan KKN 01 IDAQU ke Pabrik Tahu UD NS Mandiri
Kamu pasti pernah makan tahu, kan? Tapi, pernahkah kamu membayangkan bagaimana tahu itu dibuat? Apa yang terjadi di balik layar, di pabrik-pabrik kecil yang mengolah kedelai jadi makanan favorit kita? Kunjungan kami ke Pabrik Tahu UD NS Mandiri di Desa Sangiang kemarin memberikan banyak jawaban, dan yang pasti, jauh lebih seru daripada yang kami bayangkan!
Kisah Dibalik Pabrik Tahu UD NS Mandiri
Tahu UD NS Mandiri ini didirikan oleh Bapak Supriyadi pada tahun 2007. Sebelumnya, beliau sudah lebih dulu berjualan tahu di pasar, hingga akhirnya memutuskan untuk membangun pabriknya sendiri. Sekarang, beliau sudah punya tiga pabrik tahu, satu di Lebak Wangi dan dua di Sangiang.
Pabrik yang kami kunjungi adalah yang ketiga, yang dikelola oleh istri tercinta, Ibu Nur Hayati. Tahu yang dihasilkan di sini adalah tahu coklat atau tahu Sumedang, tahu khas dengan kulit berwarna coklat yang renyah dan bagian dalamnya berongga, cocok banget buat camilan dan kreasi masakan sehari-hari.
Proses Pembuatan Tahu: Dari Kedelai hingga Goreng
Satu hal yang membuat kami terkesan adalah betapa sederhana tapi pentingnya setiap langkah dalam proses pembuatan tahu. Setelah ngobrol-ngobrol dengan Bu Nur Hayati, kami diajak langsung melihat tahapan-tahapan pembuatan tahu yang dimulai dari bahan dasar yang sangat sederhana – kacang kedelai. Prosesnya adalah sebagai berikut:
- Perendaman & Pembersihan: Kacang kedelai direndam dalam air, dicuci bersih, dan disiapkan untuk digiling.
- Penggilingan & Pemasakan: Kedelai digiling halus untuk membuat semcam sari kedelai yang kemudian dimasak hingga pekat.
- Penyaringan & Pencetakan: Setelah dimasak, cairan kedelai ini disaring, dan kemudian dicetak dalam wadah cetakan khusus, dibiarkan hingga agak mengeras.
- Penggorengan: Baru setelahnya, tahu digoreng hingga kulitnya kecoklatan dan siap dijual!
Kami datang saat tahu masih dalam proses awal produksi, jadi sayangnya kami nggak sempat melihat proses penggorengan tahu yang menggoda itu. Tapi, meski begitu, kami tetap merasa takjub dengan bagaimana tahu bisa tercipta hanya dengan bahan yang begitu sederhana.
Ampas Tahu Jadi Pakan Ternak: Solusi Cerdas
Ada satu hal lagi yang menarik: ampas tahu yang tersisa dari proses pembuatan tahu tidak terbuang sia-sia. Dulu, Bu Nur Hayati pernah mencoba mengolah ampas tersebut menjadi oncom, namun karena beberapa kendala, akhirnya ampas tersebut dijual untuk pakan ternak. Setiap hari, ada 3-5 karung ampas yang dijual seharga Rp20.000 per karung. Ternyata, ampas tahu yang terlihat remeh ini punya banyak manfaat, kan?
Fokus pada Penjualan Lokal
Bu Nur Hayati juga menceritakan kalau bahan baku kedelai yang digunakan untuk pembuatan tahu sebagian besar dibeli dari daerah sekitar. Begitu juga dengan distribusi tahunya, yang masih terbatas pada kawasan Sangiang dan Sepatan Timur. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan penjualan, dengan mengurangi biaya ongkos kirim.
Kesan Kami: Pengalaman yang Tak Terlupakan
Bagi sebagian besar dari kami, ini adalah kali pertama melihat langsung bagaimana tahu diproduksi. Dari kacang kedelai yang biasa kita temui, hingga menjadi tahu coklat yang lezat, semua prosesnya terasa sederhana namun penuh makna. Sayangnya, kami tidak bisa mencicipi tahu yang baru digoreng, karena proses penggorengan baru dimulai setelah kami pulang.
Namun, meski hanya melihat proses pembuatan awal, kunjungan ini tetap seru dan penuh pembelajaran. Semangat Pak Supriyadi dan Bu Nur Hayati dalam mengembangkan usaha tahu mereka sangat menginspirasi. Pabrik kecil ini tidak hanya menghasilkan tahu yang enak, tapi juga membuka lapangan pekerjaan untuk warga sekitar dan memanfaatkan sisa produksi dengan cerdas.
Jadi, buat kalian yang penasaran dengan pabrik tahu, kunjungan ke UD NS Mandiri ini wajib masuk daftar eksplorasi kalian! Siapa tahu, dari pengalaman sederhana ini, kalian bisa mendapatkan inspirasi untuk memulai bisnis kecil atau bahkan mencoba hal baru yang seru!
Komentar
Posting Komentar