Menanam Benih Akhlak di Ladang Hati Anak-Anak Desa Sangiang
Menanam Benih Akhlak di Ladang Hati Anak-Anak Desa Sangiang
Hari itu, langit Sangiang terasa sendu. Di hari ke-25 pengabdian, kelompok KKN 01 Idaqu kembali menjalani aktivitas di posyandu pada pagi hari, membantu ibu-ibu memastikan kesehatan anak-anak mereka. Namun, saat senja mulai merangkak turun, suasana berubah menjadi haru.
Sore itu seperti biasa, anak-anak berkumpul di serambi untuk mengikuti bimbingan belajar bersama kakak-kakak KKN. Namun, kali ini canda tawa mereka terasa sedikit berbeda, seolah terselip kesadaran bahwa pertemuan-pertemuan ini akan segera berakhir."Kenapa sih kakak-kakaknya cuma sebentar di sini?" tanya seorang anak dengan suara lirih. bahkan dari mereka ada yang memasang status di media sosialnya.
Mengajari Anak, Ibarat Menanam di Ladang yang Kering
Awalnya, beberapa anak datang dengan sikap acuh. Ada yang malu-malu, ada pula yang bahkan belum paham arti sopan santun. Ladang hati mereka seperti tanah yang kering, membutuhkan kesabaran untuk menyuburkannya.
Namun, seperti petani yang tidak pernah lelah merawat tanamannya, kakak-kakak KKN terus menanam benih akhlak. Mereka menyiramnya dengan kisah-kisah penuh hikmah, menyiangi sikap keras kepala dengan nasihat lembut, dan memupuknya dengan keteladanan.
Sedikit demi sedikit, ladang itu mulai hijau. Anak-anak yang dulunya belum bersemangat belajar, kini menjadi yang pertama datang. Mereka yang malas mengaji, kini berlomba menghafal surat pendek dengan penuh semangat. Bahkan, mereka yang dahulu sering bertengkar, mulai belajar saling meminta maaf.
Tiga minggu terasa singkat, tetapi keajaiban kecil telah tumbuh di hati anak-anak itu. Di setiap mata mereka, terpancar semangat baru—semangat untuk menjadi lebih baik.
Bagi kakak-kakak KKN, momen ini seperti melihat tunas yang mulai tumbuh dari benih yang ditanam dengan cinta. Meskipun waktu kebersamaan hampir habis, mereka percaya bahwa tunas itu akan terus tumbuh, bahkan saat mereka sudah tidak lagi berada di sana.
Mengajari anak-anak selama KKN ini menjadi pelajaran tersendiri. Bahwa setiap anak adalah ladang yang unik, dan setiap benih yang ditanam membutuhkan waktu untuk tumbuh. Sebuah akhlak yang baik tidak tercipta dalam sehari, tetapi seperti pohon yang tumbuh perlahan, ia akan menjadi kokoh jika dirawat dengan kasih sayang.
Kelompok KKN 01 Idaqu mungkin akan kembali ke rutinitas mereka masing-masing, tetapi hati mereka akan selalu tertinggal di Sangiang. Di tengah tawa, tangis, dan kenangan, mereka meninggalkan pesan yang abadi:
Komentar
Posting Komentar